BAB 1
TITIK DAN KURVA PADA
SISTEM KOORDINAT
Teorema-teorema dasar tentang kedudukan titik-titik (Fundamental
Locus Theorems) yang biasa
digunakan sebagai berikut.
1)
Teorema 1.1
Ada titik P yang dikelilingi oleh banyak titik
lain yang berjarak sama yaitu d sehingga membentuk lingkaran yang
berpusat dititik P.
2) Teorema
1.2
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama yaitu d dari sebuah garis l adalah sepasang garis-garis sejajar yang
masing-masing berjarak d dari garis l.
3) Teorema
1.3
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama (equidistant) dari dua
buah titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).yang tegak lurus terhadap ruas garis
dan
membagi
menjadi dua bagian sama besar
4) Teorema
1.4
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama dari dua garis yang sejajar yaitu l1 dan l2
merupakan sebuah garis diantara keduanya dan sejajar dengan kedua garis
tersebut.
5) Teorema
1.5
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama terhadap dua garis yang berpotongan yaitu l1 dan l2,
adalaha sepasang ruas garis (disebut bisectors)
yang membagi dua sama besar sudut-sudut yang yang dibentuk garis l1 dan l2
6) Teorema
1.6
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama dari kedua sisi sebuah sudut adalah sebuah ruas garis yang
membagi dua sudut tersebut (bisector of
angle)
7)
Teorema 1.7
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama dari dua buah lingkaran konsentris (concentric circles) adalah sebuah lingkaran yang konsentris
terhadap kedua lingkaran tersebut dan berada tepat di tengah keduanya
8)
Teorema 1.8
Kedudukan titik-titik pada
jarak tertentu dari sebuah lingkaran yang memiliki jari-jari lebih panjang dari
jarak tersebut merupakan sebuah pasangan lingkaran konsentris, di mana
masing-masing kedudukan titik tersebut berada di salah satu sisi lingkaran pada
jarak tertentu tersebut.
9) Teorema
1.9
Kedudukan titik-titik yang
berjarak tertentu dari suatu lingkaran berjari-jari kurang dari jarak tersebut
merupakan sebuah lingkaran yang berada di luar lingkaran pertama dan saling
konsentris.
Pemecahan Masalah Polya
Pemecahan masalah
(problem solving) merupakan suatu
prosedur untuk menemukan penyelesaian yang tepat atas suatu masalah. Prosedur
tersebut pertama kali diformulasikan oleh George Polya (1887 - 1985) seorang
guru dan ahli matematika yang menyatakan bahwa ada empat tahap pemecahan
masalah yaitu : understand the problem, devise a plan, carry out the plan, dan look back sebagai berikut :
1)
Understanding the
Problem
Tahap pertama yang dilakukan untuk memecahkan masalah adalah
memahami masalah. Cara yang disarankan Polya untuk memahami masalah dengan baik
yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a.
Nyatakan masalah dengan kalimatmu sendiri !
b.
Tentukan apa saja yang akan ditemukan/dicari/diselesaikan !
c.
Apa saja yang tidak diketahui dari permasalahan itu ?
d.
Informasi apa saja yang kamu peroleh dari permasalahan itu ?
e.
Informasi apa saja yang tidak ada / hilang dari permasalahan
itu ?
f.
Informasi apa saja yang tidak dibutuhkan dari permasalahan
itu ?
2)
Devising a Plan
Tahap kedua pemecahan masalah adalah menentukan rencana
penyelesaian berupa strategi-strategi pemecahan masalah. Beberapa strategi
pemecahan masalah antara lain :
a.
Menemukan pola
b.
Menguji masalah yang relevan dan memeriksa apakah teknik yang
sama dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
c.
Menguji masalah yang lebih sederhana atau khusus dari
permasalahan itu dan diperbandingkan dengan penyelesaian masalah sebenarnya
d.
Membuat tabel
e.
Membuat diagram / gambar
f.
Menebak dan memeriksa (guess
and check / trial and error)
g.
Menggunakan persamaan (equation)
matematika
h.
Bekerja mundur (work
backward)
i.
Mengidentifikasi bagian dari hasil (subgoal)
3)
Carrying Out the
Plan
Tahap ketiga pemecahan masalah terdiri dari tiga aktivitas
yaitu :
a.
Menerapkan satu atau lebih strategi pemecahan masalah untuk
menemukan penyelesaian atau perhitungan
b.
Memeriksa setiap langkah strategi yang digunakan baik secara
intuitif maupun dengan bukti formal
c.
Menjaga keakuratan proses pemecahan masalah
4)
Looking Back
Langkah terakhir pemecahan masalah adalah memeriksa kembali
jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya dengan cara :
a.
Memeriksa dengan pembuktian
b.
Menginterpretasikan penyelesaian/solusi berdasarkan
permasalahan berdasarkan rasional atau pun argumentasi (reasonable)
c.
Jika memungkinkan lakukan pengujian untuk masalah lain yang
relevan atau pun yang lebih umum dengan menggunakan teknik/strategi pemecahan
masalah tersebut
Contoh
penerapan pemecahan masalah : “Tentukan banyaknya titik potong jika 5 garis
saling berpotongan”
Tahap
pemecahan masalah :
1)
Understanding the
Problem
a.
Tentukan apa saja yang akan ditemukan/dicari/diselesaikan !
Menentukan banyaknya titik potong dari garis-garis yang
berpotongan à Ditanyakan
b.
Informasi apa saja yang kamu peroleh dari permasalah itu ?
Lima garis saling berpotongan, misalnya garis a, b, c, d, dan
e à Diketahui
2)
Devising a Plan
Strategi yang dipilih untuk menyelesaikan masalah ini yaitu :
a.
Membuat diagram / gambar
Pertama akan dibuat dua garis berpotongan yaitu a dan b.
Kemudian akan digambar garis ketiga yaitu c yang memotong garis a dan b dan
seterusnya
b.
Membuat tabel
Berdasarkan gambar akan dibuat tabel yang memuat hubungan
antara banyak garis berpotongan dan banyak titik potong
c.
Menemukan pola
Berdasarkan tabel akan ditemukan pola yang tepat untuk
masalah ini
3)
Carrying Out the
Plan
Tahap ketiga pemecahan masalah yaitu menggunakan strategi
untuk memecahkan masalah.
a.
Membuat diagram / gambar
b.
Membuat tabel dan menemukan pola
Banyak garis berpotongan
|
Banyak titik potong
|
Pola
|
2
|
1
|
1
|
3
|
3
|
1 + 2
|
4
|
6
|
1 + 2 + 3
|
5
|
10
|
1 + 2 + 3 + 4
|
Jadi disimpulkan jika lima garis berpotongan satu sama lain
maka banyaknya titik potong yang terbentuk adalah 10 titik
4)
Looking Back
Langkah terakhir pemecahan masalah adalah memeriksa kembali
jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya dengan cara :
a.
Menginterpretasikan penyelesaian/solusi berdasarkan
permasalahan berdasarkan rasional atau pun argumentasi (reasonable) berikut :
i.
Jika dua garis a dan b berpotongan maka terdapat satu titik
potong P
ii.
Jika garis ketiga c memotong dua garis a dan b yang saling
berpotongan di P maka garis ketiga itu memotong masing-masing garis di satu
titik yaitu c memotong a di Q dan c memotong b di R sehingga seluruhnya ada
tiga titik potong
iii.
Jika garis keempat d memotong garis a, b, dan c yang saling
berpotongan seerti pada point (ii) maka d memotong a di S, d memotong b di R,
dan d memotong c di S sehingga seluruhnya ada 6 titik potong
iv.
Dengan demikian jika garis kelima e memotong garis a, b, c
dan d yang saling berpotongan maka seluruhnya ada 6 + 4 = 10 titik potong
b.
Melakukan pengujian untuk banyaknya titik potong dari 10
garis berpotongan
Pola yang diperoleh sebagai berikut :
2 garis berpotongan menghasilkan 1 titik potong
3 garis berpotongan menghasilkan 1 + 2 = 3 titik potong
4 garis berpotongan menghasilkan 1 + 2 + 3 = 6 titik potong
5 garis berpotongan menghasilkan 1 + 2 + 3 + 4 = 10 titik
potong
Dengan demikian :
10 garis berpotongan menghasilkan 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 +
8 + 9 = 45 titik potong
Pembuktian Teorema 1.3
Tahap 1 : Akan dibuktikan untuk sembarang titik pada
kedudukan tersebut memenuhi kondisi-kondisi berikut :
Diketahui : Titik
A dan B
Ruas garis
tegak lurus dan membagi ruas garis
Ditanyakan : Apakah
untuk sembarang titik P pada ruas garis
berjarak sama dari A dan B yaitu
?
Rencana : Gambar/Sketsa
permasalahan :
Bukti
tahap 1
Pernyataan
|
Alasan
|
1.
adalah ruas garis membagi dua dan tegak
lurus (^)
2.
Ukuran sudut PEA
dan sudut PEB sama yaitu
3.
Ukuran panjang
ruas garis
4.
5.
6.
|
1.
Diketahui
2.
Kedua sudut adalah sudut
siku-siku. Semua sudut siku-siku kongruen
3.
Agar dapat membagi dua sama besar
maka ruas garis dibagi menjadi bagian-bagian yang kongruen
4.
Sifat refleksif
5.
Kekongruenan dua segitiga (s.a.s)
6.
Hukum kongruensi
|
JARAK DUA TITIK PADA BIDANG DATAR
Gambar 14. Posisi dua titik pada bidang datar yang memiliki jarak
Pada gambar 14, dua
buah titik berbeda akan berada pada posisi yang berbeda. Jarak kedua titik
tersebut dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Buatlah
dua titik berbeda yaitu A dan B lalu hubungkan dengan sebuah ruas garis.
2) Buat
sebuah garis melalui A dan sebuah garis lain yang melalui B sehingga kedua
garis berpotongan tegak lurus.
3) Tentukan
titik potong kedua garis yaitu C sehingga diperoleh segitiga siku-siku ACB atau
BCA lalu ukur panjang ruas garis CA dan CB
4) Tentukan
panjang ruas garis AB dengan menggunakan Teorema Phytagoras:
Lalu, kita misalkan koordinat titik A(x1, y1)
dan B(x2, y2) maka dapat dibuat sebuah segitiga siku-siku
ABC dengan titik C(x2, y1) seperti pada gambar 15.
Gambar 15.
Maka jarak titik A dan B yaitu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar